Atlet Lokal Kutim Kecewa Minim Pembinaan, KONI Minta Pengcab Lebih Aktif

Heri Suryanto Atlet Asli Kutim

FORMASI Indonesia – Kekecewaan kembali disuarakan oleh atlet lokal Kutai Timur terkait minimnya pembinaan dan perhatian dari pengurus cabang olahraga (Pengcab) serta Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kutim.

Heri Suryanto, atlet asli Kutim yang kini juga melatih cabor tinju, kickboxing, dan MMA, menyebut banyak atlet lokal terpaksa hijrah ke daerah lain karena tidak diberi kesempatan berkembang di kampung halamannya sendiri.

Bacaan Lainnya

“Banyak potensi besar di Kutim yang tidak digali. Malah yang diambil untuk berlaga di event besar justru atlet dari luar daerah. Kita yang asli Kutim ini seperti dianaktirikan,” ungkap Heri saat ditemui belum lama ini.

Ia menilai, beberapa cabor lebih memilih jalur instan dengan merekrut atlet luar daerah ketimbang membina dari nol atlet lokal. Heri pun mengaku sempat mengalami hal serupa, di mana dirinya harus membuktikan kemampuan melalui seleksi mandiri di luar daerah.

Padahal, menurutnya, apabila diberikan pembinaan yang konsisten dan serius, banyak atlet lokal bisa tampil membanggakan dan membawa nama Kutim di kancah nasional.

Saat ini, Heri turut aktif membina sejumlah atlet muda di Sangatta. Beberapa di antaranya telah berhasil menorehkan prestasi, seperti menjadi juara nasional kickboxing dan masuk pelatihan nasional (Pelatnas) untuk MMA.

Ketua KONI Kutim Rudi Hartono

Menanggapi hal tersebut, Ketua KONI Kutim Rudi Hartono menegaskan bahwa pembinaan atlet menjadi tanggung jawab utama masing-masing Pengcab. KONI, kata dia, hanya berperan sebagai fasilitator dan penyedia dukungan pembinaan melalui cabor.

“Atlet itu milik Pengcab. Kalau ada atlet yang merasa tidak dibina, silakan koordinasi dengan Pengcab masing-masing. Kami dari KONI siap memfasilitasi pertemuan jika diperlukan,” ujarnya saat dikonfirmasi terpisah.

Terkait maraknya atlet luar yang direkrut, Rudi mengingatkan bahwa saat ini sudah ada regulasi baru hasil Rakernas KONI Kaltim Februari 2025. Atlet dari luar provinsi harus sudah berdomisili minimal dua tahun sebelum Porprov, sedangkan antar kabupaten/kota di Kaltim minimal satu tahun.

Rudi juga menekankan pentingnya kedisiplinan atlet dalam proses pembinaan.

“Latihan yang konsisten dan komitmen itu penting. Tanpa pelatih dan kerja keras, prestasi sulit dicapai. Jadi kalau tidak disiplin, wajar bila cabor mengevaluasi,” tegasnya.

Ia berharap ke depan, semua pihak, baik atlet, pelatih, Pengcab, maupun KONI, dapat saling bersinergi demi kemajuan olahraga Kutim.

“Kalau ada masalah, jangan hanya didiamkan atau dikeluhkan di luar. Lebih baik duduk bersama, kita cari solusi demi prestasi Kutim,” tutup Rudi.(*/One)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *